Fidelis Arie Sudewarto alias Nduk menyampaikan nota pembelaan (pleidoi) pribadinya di depan mejelis hakim pada Rabu (19/7). Pada agenda sidang pembelaan itu, Arie membacakan pleidoi berjudul 'Surat untuk Istriku Tercinta, Yeni Riawati'.
Di awal pleidoi yang dibuatnya, Arie menyampaikan terima kasih kepada majelis hakim yang telah memberikan kesempatan kepadanya untuk menyampaikan nota pembelaan pribadi. Setelah itu, Arie menyampaikan, sejak ditahan pada 19 Februari 2017 oleh BNN, dia tak lagi dapat berada di samping istrinya yang sakit. Bahkan sampai Yeni meninggal dunia.
"Padahal, selama ini sayalah yang paling mengerti dan memahami tentang keadaan dan kondisi istri saya. Penahanan terhadap saya membuat saya tidak punya kesempatan untuk menjelaskan banyak hal kepada istri saya," tulis Arie sebagaimana dilihat dari dinding Facebook milik anggota DPR RI, Erma Suryani Ranik,
Arie mengatakan hanya dapat mencurahkan perasaannya dalam tulisan-tulisan di sebuah buku. Tulisan itu lalu dirangkumnya menjadi surat untuk istrinya. Surat ini jadi bagian terpenting dalam pleidoi yang dibacakannya dalam ruang sidang pada Rabu itu.
Arie menceritakan sedikit saat dirinya harus ditahan oleh BNN Kota Sanggau, Kalimantan Barat. Pada hari yang sama, dia dibawa oleh para petugas ke rumahnya.
Sang istri, Yeni, akan dievakuasi untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut atas sakit langka syringomyelia yang dideritanya. Dengan pengawalan ketat, Arie diantar petugas ke dalam rumah. Arie pun menghampiri istrinya yang sedang terbaring.
"Saya mencium kedua pipinya dan merapikan rambutnya dengan tangan saya. Istri saya yang sudah terbangun pun bertanya, 'Kenapa Papa menangis?'. Saya berusaha tersenyum. Sambil menahan air mata, saya berkata kepada istri saya, 'Kawan-kawan Papa dari BNN akan merawat Mama dan mencarikan obat untuk kesembuhan Mama'," cerita Arie.
Arie mengusap air mata di pipi Yeni agar istrinya tersebut lebih tenang. Saat itu, Arie mengaku di dalam hatinya berbagai hal berkecamuk.
Lalu, Arie membacakan surat untuk istrinya tersebut sebagai pleidoi yang disampaikan kepada majelis hakim. Arie mengatakan tidak ingin membuat istrinya khawatir karena tak kunjung sembuh.
Padahal istrinya sudah mencoba berobat ke beberapa rumah sakit dan minum berbagai obat. Selain itu, ia mencoba berbagai pengobatan alternatif dan minum obat-obatan herbal.
Namun semua itu tidak membuat istrinya menjadi lebih baik, malah hanya menguras habis semua tabungan yang sudah susah payah dikumpulkan bersama. Rencana mereka mengecat rumah pun harus kandas lagi, padahal semenjak berhasil membangun rumah sederhana secara bertahap, mereka belum pernah mengecatnya, bahkan sampai atapnya ada yang bocor, Arie belum bisa memperbaikinya.
"Papa tak ingin Mama menjadi sedih. Yang penting Mama harus sembuh dulu. Tentu Mama masih ingat doa yang selalu kita selipkan di saat kita berdoa rosario bersama-sama: 'Tuhan, kami serahkan segalanya kepada-Mu. Tunjukkanlah kami jalan selangkah demi selangkah menuju kebaikan-Mu agar semuanya menjadi indah pada waktunya'," ungkapnya.
Arie menceritakan, pada 2015 dokter sudah memastikan istrinya menderita syringomyelia. Dokter mengatakan penyakit ini tergolong langka dan satu-satunya cara mengobati ialah dengan jalan operasi.
Namun kondisi Yeni sudah sangat lemah. Dokter tidak mengajurkannya menjalani operasi karena risikonya terlalu besar. Selain itu, peralatan dan tenaga medis yang ada tidaklah memadai.
Arie pun mengumpulkan informasi dari berbagai sumber hingga akhirnya berkenalan dengan pendiri situs Worldwide Syringomyelia and Chairi Task Force bernama Beth Nguyen. Nguyen lalu menjelaskan soal penyakit syringomyelia kepada Arie.
"Dia juga mengajarkan dan memberi panduan untuk merawat dan mengetahui perkembangan penyakit syringomyelia secara sederhana, bahkan siapa saja yang membaca panduan tersebut dapat melakukan perawatan sendiri di rumah," ucap dia.
Nguyen mengatakan penyakit ini sudah ada sejak 200 tahun lalu. Mirisnya, obat syringomyelia belum ditemukan hingga kini.
Selama ini, tindakan penyedotan cairan dan pemasangan shunt catetermelalui jalan operasi hanya membuat penderita merasa nyaman pada jangka waktu tertentu. Cairan itu akan datang kembali dan shunt cateter-nya harus diganti lagi dengan operasi.
"Berbekal pengetahuan yang Papa dapat dari Worldwide Syringomyelia and Chairi Task Force, Papa bisa merawat dan mengetahui kondisi Mama," ungkapnya.
Padahal saat itu, kondisi Yeni terus menurun. Yeni sudah tidak dapat menelan makanan meskipun sudah diblender. Kedua kakinya juga semakin kaku, bahkan menjalar ke tangan kiri Yeni hingga menjadi terlipat dan tak dapat digerakkan.
Yeni juga semakin jarang buang air besar dan sulit tidur. Kondisi ini membuat Arie semakin sedih karena luka di tubuh Yeni terus bertambah besar dan semakin dalam.
"Perawat yang setiap hari datang ke rumah mengobati luka Mama pun sampai kehabisan akal dan bingung karena luka-luka itu tidak kunjung sembuh," ujar Arie.
Arie terus mencari informasi penanganan sakit yang diderita istrinya. Dia pun menemukan artikel dari seorang perempuan Kanada yang telah menderita sakit syringomyelia sejak 2013.
Dia pun menemukan artikel dari Christina Evan, seorang perempuan Kanada yang telah menderita sakit syringomyelia sejak 2013. Serupa dengan Yeni, beragam pengobatan dan obat dengan dosis maksimum belum dapat menyembuhkannya.
Christina Evan lalu beralih pada pengobatan menggunakan ekstrak ganja. Ketika itu, hidupnya menjadi normal. Christina Evan kini dapat mengurusi keluarganya.
Awalnya Arie tak percaya dengan khasiat ganja karena dikenal sebagai perusak. Arie lalu mulai berkomunikasi dengan Christina hingga membuatnya berkenalan dengan banyak ilmuwan lain yang telah meneliti khasiat ganja sebagai obat.
"Banyak peneliti yang menjelaskan bahwa ganja memang berpotensi untuk mengobati penyakit yang sulit atau bahkan tidak bisa ditangani oleh obat-obatan medis, seperti kanker, alzheimer, epilepsi, diabetes, schizophrenia, parkinson, artritis, asma, bahkan HIV/AIDS," ujarnya.
Arie lalu mencari jalan agar mendapatkan izin dan dispensasi agar bisa mendapatkan dan menggunakan ganja untuk mengobati istrinya. Tapi tak ada yang dapat membantunya.
"Mama, di antara embusan napas Mama yang semakin hari semakin sulit, Papa akhirnya memutuskan menggunakan ganja untuk mengobati Mama. Sebab di dunia ini, cannabinoid hanyalah ditemukan pada tanaman ganja," kata Arie.
Selanjutnya, Arie mendapatkan bimbingan untuk merawat tanaman ganja secara organik dari pasangan suami istri John dan Amanda Seckar, yang tinggal di Washington, DC, Amerika Serikat. Dia juga mendapatkan panduan untuk mengekstrak ganja dengan proses moserasi yang dapat dilakukan di rumah hingga akhirnya dapat menjadi obat.
"Papa juga mendapatkan panduan dari Rick Simpson untuk mengekstrak ganja dengan proses moserasi yang sangat sederhana dan dapat dilakukan sendiri di rumah, melakukan proses dekarbolisasi untuk mengubah tetrahydrocannabivorin menjadi tetrahydrocannabinoid sebagai zat psikoaktif yang berfungsi sebagai obat analgesik, antibakteri, antikanker, antispasmodic, appetit stimulant, bronchodilator, neuroprotective, dan bone stimulant," ungkap Arie.
Perkembangan kesehatan pun dapat dilihat di istrinya. Hal ini terjadi ketika Arie mulai mencampurkan ganja ke dalam makanan dan minuman Yeni.
"Mama, Papa masih ingat di awal bulan Januari 2017, ketika Papa terbangun dari tidur di antara buku-buku, sambil memegang tablet Lenovo di samping tempat tidur Mama. Papa mendengarkan Mama menyanyikan lagu 'Pelangi Sehabis Hujan'. Papa sungguh bahagia bisa mendengarkan Mama bernyanyi kembali," ujarnya.
Semenjak Arie mulai intensif memberikan Yeni ekstrak ganja, istrinya juga mulai lancar berkomunikasi kembali. Yeni jadi sering berbagi cerita dan kenangan yang pernah dilalui berdua.
Arie mengakui, pemberian ekstrak ganja juga membuatnya tidak perlu lagi membeli Sanoskin Oxy seharga Rp 320 ribu sebagai obat luka Yeni yang satu botolnya hanya bisa dipakai 3-4 hari. Selain itu, Yeni juga tak perlu lagi meminum obat-obatan kimia yang ternyata tak efektif.
"Mama, Papa jadinya banyak menghemat uang. Papa bisa membelikan sepeda kecil untuk Samuel. Mama belum pernah lihat, kan, betapa lincah Samuel mengendalikan sepedanya? Papa sebenarnya ada merekam videonya, tapi Papa belum sempat menunjukkannya kepada Mama," tutur Arie.
Tapi hal itu sudah sirna ketika Arie ditangkap atas kepemilikan dan penggunaan ganja pada pertengahan Februari 2017. Mejelis hakim sendiri telah menuntut Arie lima bulan penjara.
Arie bersyukur karena dukungan diberikan secara sukarela oleh Firma Hukum Ranik, Marcelina, dan Rekan. Meski mereka harus bolak-balik Pontianak-Sanggau untuk ikuti sidang, Arie mengatakan mereka tidak pernah meminta imbalan.
"Mama, Tuhan juga menunjukkan kebesaran-Nya melalui media sosial dan media massa. Banyak yang mendoakan Mama dan berharap agar Papa bisa segera dibebaskan. Hal ini ternyata juga menjadi salah satu pertimbangan jaksa penuntut umum dalam menjatuhkan tuntutannya. Papa bersyukur karena jaksa penuntut umum begitu bijaksana dengan menjatuhkan tuntutan lima bulan penjara terhadap Papa," ucap dia.
Arie mengaku masih khawatir bila nantinya majelis hakim telah menjatuhkan vonis kepadanya. Dia takut statusnya sebagai PNS tak dapat dipertahankan. Selain itu, dia khawatir anaknya minder dan malu karena bapaknya jadi narapidana.
Dia berharap agar surat yang menjadi pleidoinya ini disampaikan kepada istrinya. Dia memohon pengampunan kepada majelis hakim atas pelanggaran hukum yang telah dilakukannya.
"Saya menyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim yang saya muliakan, yang telah berkenan mendengarkan saya. Saya meminta maaf kepada Majelis Hakim yang Mulia dan kepada semua pihak atas kekhilafan dan kekurangan yang saya miliki. Terakhir, dengan kerendahan hati, saya memohon keadilan yang seadil-adilnya kepada Majelis Hakim yang mengadili dalam mengambil putusan perkara saya ini," tutupnya.
Namun tentu saja, pleidoi atau nota pembelaan ini merupakan paparan fakta versi terdakwa. Penyidik maupun jaksa menilai Fidelis Arie bersalah karena dengan sengaja menanam ganja. Arie dijerat dengan pasal kepemilikan dan penggunaan narkotika.
0 komentar :
Posting Komentar